Swaranews.com - Dalam rangka Hari Jadi ke 45 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi memberikan pengarahan kepada Direktur Utama, jajaran direksi beserta karyawan. Pengarahan itu berlangsung di ruang Graha PDAM Surya Sembada, Jumat siang (3/12/2021).
Pada kesempatan ini, Wali Kota Eri memberikan pengarahan untuk perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMD) itu, agar lebih baik lagi kedepannya. Selain itu, ia juga berharap, hubungan antara Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dan PDAM Surya Sembada juga semakin baik.
Baca juga: Hari Pelanggan Nasional 2024, PDAM Surabaya Optimalkan Aplikasi CIS PDAM untuk Layanan Terbaik
"Ayo, jajaran direksi atau dewan pengawas (dewas) kalau mau ketemu pemkot, jangan takut. Silahkan datang ke pemkot, kalau ada masalah atau yang perlu dikerjakan bersama, kita komunikasikan. Kita jalin komunikasi baik, untuk kepentingan umat," kata Wali Kota Eri.
Dengan adanya jalinan komunikasi yang baik antara Pemkot Surabaya dan PDAM Surya Sembada, dia yakin, kedepannya akan berdampak baik bagi warga Kota Pahlawan. Salah satu dampak baiknya adalah, PDAM mampu mengatasi masalah zona merah di Surabaya atau kawasan yang belum teraliri air.
"Masih ada saat ini, wilayah yang belum teraliri air karena debitnya kurang. Kita selalu bilang kalau air di PDAM itu banyak, tapi nyatanya masih ada zona merah. Kalau kita diam saja, maka wali kota dan direksinya itu podo salahe (sama salahnya). Maka dari itu, inilah pentingnya komunikasi, kita perbaiki bersama demi kepentingan umat," tutur Wali Kota Eri.
Dari data PDAM Surya Sembada, diketahui saat ini ada empat zona merah di Surabaya yang belum teraliri air. Agar tidak ada lagi zona merah, ia berharap jaringan pipa bisa terkoneksi seluruhnya di tahun 2023.
"Nanti kita hitung, kebutuhan pipanya. Kalau ada keluhan kok airnya keruh? ternyata pipanya sudah puluhan tahun. Kalau ingin tidak keruh, otomatis pipanya harus diganti. Sehingga nanti di tahun 2023 tidak ada lagi wilayah, yang tidak teraliri air," jelas mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu.
Wali Kota yang akrab disapa Cak Eri itu mengingatkan, agar semua itu terealisasi dengan baik, PDAM Surya Sembada harus tahu nilai investasinya. Cak Eri juga ingin, nantinya PDAM bisa menyesuaikan tarif air yang disesuaikan dengan klasterisasi per meter kubiknya.
Baca juga: PDAM Surabaya Gandeng Jurnalis dan Konten Kreator Lakukan Penghijauan
Klasterisasi ini, lanjut Cak Eri, disesuaikan dengan beberapa kategori, mulai dari segi pendapatan, kawasan perkampungan dan perumahan serta luasan rumah yang teraliri oleh air PDAM.
"Bedanya itu dihitung dari nilai NJOP-nya, terkait juga nilai harga jual rumahnya berapa. Karena apa? Jangan sampai nanti orang yang kaya nanti disubsidi oleh orang yang masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) atau pas-pasan. Teman-teman PDAM harus berani keluar dari zona nyaman, yang penting tahu nilai investasinya, mau pakai obligasi atau KPBU silahkan dihitung disampaikan ke publik. Harus berani untuk kepentingan umat," pungkasnya.
Sementara itu, Dirut PDAM Surya Sembada, Arief Wisnu Cahyono mendukung penuh saran dan masukan Wali Kota Eri Cahyadi. Dia mengatakan, rencana penerapan tarif subsidi itu akan disesuaikan dengan surat keputusan dari Gubernur Jawa Timur dan peraturan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) RI, No 21 tahun 2020 tentang batas tarif atas dan tarif bawah.
"Kalau untuk Kota Surabaya, tarif bawahnya itu Rp 2.600 ribu tarif tertingginya Rp 17.000 ribu. Kita akan menyesuaikan dengan peraturan tersebut, tentunya tarif ini akan berlaku. Suratnya sudah turun dari gubernur, kelasnya tetap akan tetapi tarif untuk kelas golongan empat kebutuhan rumah tangga menengah ke atas itu yang kita sesuaikan," kata Arief.
Baca juga: Walikota Eri Resmikan Master Meter, Ratusan Warga Tambak Dalam bisa Nikmati Air PDAM Setelah 20 Tahu
Sementra itu, untuk peremajaan pipa PDAM, Arief mengakui yang usianya diatas 25 tahun perlu dilakukan penggantian. Saat ini, di Kota Surabaya ada sekitar kurang lebih 3000 Km pipa yang usianya diatas 25 tahun.
"Ini agak sulit ya, karena dari pengalaman kami sebenarnya pipa itu diganti paling tinggi 50 km per tahun digantinya. Kendalanya juga terkait dengan biaya dan kemampuan internal kami," ujar Arief.
Begitu pula terkait dengan pendanaan, Arief pun setuju dengan adanya saran Wali Kota Eri agar PDAM mencari dana murah atau investasi. Menurutnya, hal ini harus dipercepat agar target PDAM kedepannya sesuai dan terealisasi.
"Artinya kalau penggantian pipanya sepanjang 30.000 km, target kami harus 150 km per tahun," tandasnya. (mar)
Editor : redaksi