Pertanian Hidroponik Sehat Dan Meningkatkan Kesejahteraan Petani

avatar swaranews.com

Swaranews.com - Perkembangan teknologi dalam bidang pertanian semakin pesat, sehingga masyarakat khususnya petani harus memanfaatkan kemajuan teknologi agar memperoleh keuntungan yang maksimal dari kegiatan usaha yang dilakukannya.

Diding Zaenal Arifin, Ketua Asosiasi Pesantren Hidroponik Indonesia kepada Swaranews menyatakan, salah satu teknologi yang layak disebarluaskan adalah teknologi hidroponik, hal ini mengingat semakin langkanya lahan pertanian akibat tumbuhnya sektor industri dan jasa, sehingga kegiatan usaha pertanian konvensial semakin tidak kompetitif karena tingginya harga lahan.

“Teknologi budidaya pertanian dengan sistem hidroponik diharapkan menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat yang mempunyai lahan terbatas, sehingga tetap dapat melakukan kegiatan bercocok tanam bahkan menghasilkan pangan yang sehat serta meningkatkan perekonomian,” ujarnya, Kamis (10/12/2020).

Hidroponik pada dasarnya pertanian dengan nutrisi yang terukur dan terkendali dengan menggunakan media tanam selain tanah, Hal tersebut dilakukan karena fungsi tanah sebagai pendukung akar tanaman dan perantara larutan nutrisi dapat digantikan dengan mengalirkan atau menambah nutrisi, air dan oksigen guna mengatasi lahan sempit, namun menghasilkan produk yang lebih sehat.

Menurut Diding, sebagai negara agraris, pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia.Sektor pertanian sebagai sumber penghasilan bagi beberapa masyarakat, Namun, cara lain untuk memanfaatkan lahan sempit sebagai usaha untuk mengembangkan hasil pertanian, bercocoktanam secara hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah.

Pertanian dengan menggunakan sistem hidroponik memang tidak memerlukan lahan yang luas dalam pelaksanaannya, tetapi dalam bisnis pertanian hidroponik dapat dipertimbangkan.

Mengingat, seiring meningkatnya taraf ekonomi telah meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebutuhan pangan sehat seperti sayuran dan buah–buahan. di kota–kota besar,bahkan sentra pertanian alih fungsi lahan menjadi pemukiman sudah tidak terelakkan lagi.

“Disadari atau tidak, sistem hidroponik yang paling tepat untuk model usaha pertanian, sebagai salah satu solusi yang patut dipertimbangkan untuk mengatasi masalah pangan sehat. Semua jenis tanaman bisa ditanam dengan sistem pertanian hidroponik, namun biasanya masyarakat banyak yang menanam tanaman semusim seperti sayur–sayuran selada, sawi, tomat, wortel, asparagus, brokoli, cabe, terong dan buah–buahan seperti melon, tomat, mentimun, semangka, strawberi dan juga umbi–umbian,” ungkap Diding.

Dikatakannya, banyak keuntungan dan manfaat yang dapat diperoleh dari sistem tersebut. Sistem ini dapat menguntungkan dari kualitas dan kuantitas hasil pertaniannya, serta dapat memaksimalkan lahan pertanian yang ada karena tidak membutuhkan lahan yang luas.

“Pengertian Hidroponik secara umum berarti sistem budidaya pertanian tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrient. Budidaya hydroponic biasanya dilaksanakan di dalam rumah kaca (greenhouse) untuk menjaga supaya pertumbuhan tanaman secara optimal dan benar–benar terlindung dari pengaruh hujan, hama penyakit, iklim dan lain–lain. Keunggulan dari budidaya dengan menggunakan sistem hidroponik diantaranya mutu produk seperti bentuk, ukuran, rasa,warna, kebersihan dapat dijamin karena kebutuhan nutrient tanaman dipasok secara terkendali di dalam rumah kaca. Selain itu, tidak tergantung musim tanam dan panen, sehingga dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pasar,” tuturnya.

Air dalam budidaya hidroponik tersikulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran dapat berkembang didalam larutan nutrisi, karena disekitar perakaran terdapat selapis larutan nutrisi maka sistem dikenal dengan nama NFT. Kelebihan air akan mengurangi jumlah oksigen.

Bahkan, tanpa media tanah dapat dipelihara sej umlah tanaman lebih produkti. Sistem dari tanaman hidroponik ini harus bebas pestisida sehingga tidak ada serangan hama dan penyakit.

Diding yang saat ini konsentrasi melakukan pembelajaran bagi masyarakat komunal seperti pesantren berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesantren dengan mengedukasi teknologi hidroponik yang tepat guna. Hal ini disadari karena pemahaman masyarakat komunal tentang teknologi hidroponik masih sangat kurang.

Melalui pembelajaran yang berkesinambungan diharapkan mainstream mereka akan menjadi benar dan diharapkan mampu meningkatkan perekonomian di lingkungan pesantren. Kata di, selama ini sistem pertanian yang dibangun di pesantran-pesantren kurang tepat, sehingga diperlukan pembelajaran dengan parameter yang tepat. Karena, pesantren memiliki SDM yang menetap yakni santrinya. Melalui budidaya dengan sistem hidroponik diharapkan memberikan hasil yang maksimal dan santri akan melakukan budidaya secara produktif.

“Hal krusial yang selama ini dikhawatirkan adalah pemasaran. Karena itu saya berulangkali menegaskan, pasar selalu ada asal produksinya sesuai dengan permintaan pasar. Pasar di Indonesia tumbuh 20% per tahun. Hal ini mengindikasikan semakin orang sejahtera maka gaya hidup sehat akan terus meningkat dan pada gilirannya akan membutuhakan sayuran dan buah-buahan yang sehat. Hidroponik dengan parameter yang terukur menjadi jawaban dari kebutuhan gaya hidup sehat tersebut,” tandasnya.

Indonesia, kata Diding, jika digarap dengan benar menjadi negeri dengan potensi yang luar biasa. Singapura yang tidak punya lahan bisa ekspor produk pertanian, apalagi Indonesia yang dikaruniai 10 jam terkena sinar matahari, air dan udara yang luar biasa. Untuk itu, kita harus memanfaatkan karunia ini untuk membangun negeri agraris ini dengan teknologi dan parameter yang tepat.

Bagi pesantren yang tidak bisa menembus pasar setelah melakukan budidaya, saya sarankan untuk bermitra dengan Farm yang sudah melakukan pemasaran yang baik. Namun, jika bisa menembus pasar modern tentunya harus melakukan bididaya sesuai standar sehingga tidak akan memutus mata rantai dengan mitra. (Sha

Editor : redaksi