Swaranews.com - PT Suparma Tbk, produsen kertas dan tissue tidak membagikan deviden tunai, kendati laba komprehensif tahun berjalan 2021 mengalami peningkatan lebih dari dua kali dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 315,8 miliar.
Hal ini mengingat, setelah dikurangi pembentukan dana cadangan wajib sebesar Rp 20 miliar, sisa laba komprehensif tahun berjalan senilai Rp 295,8 miliarakan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan dan ekspansi atau pengembangan usaha yakni investasi mesin kertas baru.
Meski tidak membagikan devideb tunai, pemegang saham PT Suparma, Tbk menyetujui untuk membagikan saham bonus sebesar 13% kepada pemegang saham dengan perbandingan 100:13 atau setiap pemegang 100 saham lama berhak memperoleh 13 saham baru dengan nilai nominal Rp 400 per lembar saham.
Hal tersebut diputuskan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) perseroan, Senin (6/6/2022).
Direktur PT Suparma Tbk, Hendro Luhur menjelaskan, saham bonus yang dibagikan merupakan kapitalisasi Tambahan Modal Disetor (Agio Saham) sebanyak-banyaknya Rp 145,1 miliar dengan jumlah saham bonus yang akan dibagikan sebanyak-banyaknya 362.860.315 lembar saham.
Saham Bonus tersebut akan dibagikan perseroan pada 8 Juli 2022. Menurut Hendro,penjualan bersih Suparma pada 2021 mencapai Rp 2.794,5 triliun atau mengalami pertumbuhan 29,9% dibandingkan dengan penjualan bersih tahun sebelumnya.
"Pertumbuhan penjualan bersih tersebut terutama disebabkan oleh naiknya harga jual rata-rata produk kertas Suparma pada tahun 2021 sebesar 21,4% dibandingkan harga jual rata-rata di tahun 2020. Sedangkan kuantitas penjualan produk kertas Suparma selama tahun 2021 mencapai 214,2 ribu MT atau meningkat 6,8 persen," tutur Hendro.
Naiknya penjualan bersih Suparma yang melebihi kenaikan beban pokok penjualan membuat perseroan membukukan kenaikan laba kotor sebesar 50% dari semula Rp 392,8 miliar di tahun 2020 menjadi Rp 598,2 miliar di tahun 2021, sehingga marjin laba kotor tahun 2021 mengalami peningkatan menjadi 21,1% dari semula 18,3% di tahun 2020.
Sedangkan beban operasional yang terdiri dari beban penjualan serta beban umum dan administrasi mengalami kenaikan masing-masing sebesar 8,3% dan 17,3% yang terutama disebabkan oleh meningkatnya beban ekspor dan pengangkutan pada beban penjualan sebesar 18,4% serta naiknya gaji dan upah di beban umum dan administrasi sebesar 14,1%.
Sedangkan beban keuangan Suparma mengalami penurunan sebesar 13,7% dari semula Rp 38,3 miliar di tahun 2020 menjadi Rp 33,1 miliar di tahun 2021, sehingga laba sebelum taksiran beban pajak, laba tahun berjalan dan laba komprehensif tahun berjalan Suparma naik masing-masing menjadi sebesar Rp 377,5 miliar, Rp 294,3 miliar dan Rp 315,8 miliar atau masing-masing meningkat 93,1%, 81,1% dan 105,3%.
Sepanjang empat bulan pertama tahun 2022, penjualan bersih Suparma mengalami pertumbuhan sebesar 26,1% yang disebabkan oleh naiknya harga jual rata-rata produk kertas sebesar 25,3% dan naiknya kuantitas penjualan produk kertas sebesar 0,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2021.
Sementara untuk hasil produksi kertas Suparma pada periode empat bulan tahun 2022 mengalami peningkatan sebesar 1,6% dari semula sebesar 71.029 MT menjadi 72.195 MT atau setara dengan 28,9% dari target produksi kertas tahun 2022 yang sebesar 250.000 MT.
"Pencapaian penjualan bersih ini setara dengan 33,1% dari target penjualan bersih Suparma tahun 2022 yang sebesar Rp 3,1 triliun. Dengan pencapaian ini, kami optimis bisa mencapai target tersebut," ujar Hendro.
Hendro menyatakan, Suparma telah melakukan belanja modal untuk mesin kertas (MK) 10, dengan jumlah realissi anggaran mencapai 331,1miliar. MK 10 memiliki kapasitas terpasang 55.000 MT, sehingga total kapasitas terpasang Suparma mengalami peningkatan sebesar 21,9% dari semula 250.900 MT menjadi 305.900 MT. “MK 10 telah beroperasi secara komersial pada 7 Maret 2022 dan hingga akhir Mei 2022 MK 10 telah memproduksi Hand Towel dan Wrapping Kraft sebesar 3.817 MT dengan produksi harian tertinggi sebesar 103 MT,” tegas Hendro. (Shan)
Editor : redaksi