Begini Nasib Pelukis Simpang Sekarang

avatar swaranews.com

Swaranews.com - Bangunan overdect trotoar Basuki Rachmad dan Tunjungan yang berada di Jalan Simpang Lonceng 5 atau sekarang lebih dikenal dengan Jalan Basuki Rachmad 1A, dulunya sempat dihidupkan dengan keberadaan para pelukis Simpang. Imam Chudori (51), misalnya.

“Kita di sini dikenal orang-orang sebagai pelukis Simpang, dikenal menghidupkan tempat ini. Daerah sini yang tadinya suram, gelap, ruang-ruang nggak terurus, ada kita seperti hidup,” kata Imam, kemarin.

Baca Juga: Walikota Eri Siapkan Gelaran Mengenang Cak Sapari

Warga Mulyorejo, Surabaya, itu setia menjadi pelukis Simpang mulai tahun 2000 sampai sekarang.

Menurutnya, dulu di tempat itu banyak pelukis seperti dirinya. Namun jauh sebelum pandemi, mereka semua banyak yang banting setir beralih profesi lain.

“Dulunya banyak, kira-kira ada empat pelukis Simpang di sini, semuanya pelukis potret. Lambat laun berkurang dan tinggal saya sendiri. Pandemi kemarin semua terdampak, termasuk saya juga, tapi saya tetap standby di sini,” tutur Imam.

Adapun alasannya menjadi pelukis Simpang satu-satunya yang masih bertahan, lantaran ia ingin mengangkat tempat tersebut dengan menunjukkan ada nilai hasil dari situ. Selain itu pula, juga untuk menghargai para pelukis yang jauh sebelumnya ada di sana.

“Kita ini termasuk generasi ketiga. Awal saya ke sini ada seorang bapak-bapak, saya kenal tapi sudah meninggal. Setelah itu ada teman saya, baru kemudian saya. Generasi ketiga dalam artian bukan sedarah, tapi hanya penerus pelukis di sini saja,” ungkap Imam.

Buka setiap hari mulai pukul 11.00-16.00 WIB persis di samping Apotik Simpang, Imam yang mengaku bisa melukis secara otodidak ini lebih memilih melukis potret dengan aliran naturalis, dengan fokus warna hitam putih.

“Karena ini paling gampang dinikmati dan diterima oleh orang awam yang rata-rata mereka hanya tahu perbandingan antara protret dengan foto, karena itu saya menarik pelanggannya dari melukis potret ini lewat media foto,” ia menjelaskan.

Baca Juga: Pameran Lukisan “The Spirit of Rama Shinta”

“Lukisan berwarna juga ada. Cuman selama di sini mereka-mereka suka lukisan hitam putih. Pelanggan menilai lebih klasik seperti lukisan lama apabila warnanya hitam putih,” sambungnya.

Untuk pengerjaannya sendiri memakan waktu 1-2 hari dengan ukuran paling kecil 10R, dan paling besar ukuran satu meter membutuhkan waktu pengerjaan hingga 2 minggu.

“Hitungannya foto per kepala dan ukuran. 10R satu kepala harganya Rp 250 ribu. Dua kepala Rp 600 ribu nego dan ukurannya agak dibesarkan lagi. Untuk ukuran besar paling banyak 4-5 potret kepala dalam satu lukisan, tidak bisa banyak-banyak, itu di ukuran satu meteran, kena 2-3 juta nego,” ia menguraikan.

Selama menjadi pelukis Simpang, satu hal yang membekas di ingatannya yakni ia pernah mendapat pesanan dari mantan Gubenur Jawa Timur Imam Utomo sebanyak dua kali, dan mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang sekarang menjabat sebagai Mensos RI.

Baca Juga: Pameran Seni Instalasi Upacara Bendera

“Bukan karena tokoh atau orang lainnya, tapi semua potret susah untuk dilukis. Ada bagian-bagian yang tetap kita harus teliti dan fokuskan, seperti pada mata, hidung, dan mulut agar terlihat mirip dengan potret foto yang dicontohkan,” papar Imam.

Bertahan di tengah gempuran digital, ada kekuatan seni dalam lukisan manual. Untuk jumlah pesanan, dulu sangat jauh berbeda jika dibanding dengan sekarang.

Menurutnya, pada masa kejayaannya dulu sebagai pelukis Simpang, dalam waktu satu minggu hampir setiap hari ia mendapat 2-3 pesanan. Namun mulai tahun 2012 sampai sekarang jumlah pesanan berangsur turun. Hal itu dikarenakan besarnya pengaruh digital terhadap sesuatu yang masih bersifat manual. Kendati demikian, ia tetap memilih bertahan meski di tengah gempuran era digital.

“Kalau lukis potret kan alami. Meski digital sifatnya lebih cepat dan murah, namun darah seni nggak bisa dihapus (dari hasil sebuah lukisan manual). Malah sekarang banyak seolah-olah memandang hasil lukisan seperti hasil print-printan, itu saking alaminya. Bisa dikatakan ada kekuatan sendiri dari hasil lukis manual,” ia menegaskan. (res)

Editor : redaksi

Peristiwa   

KESERUAN AKHIR PEKAN DI GIIAS 2024

Swaranews.com – Pada akhir pekan hari ini, pameran GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 memasuki hari ketiga digelar. …