Swaranews.com - HUT ke-77 Kemerdekaan RI telah dirayakan dengan gegap gempita. Meski Indonesia telah dinyatakan merdeka sejak 17 Agustus 1945, namun rupanya hal itu tak dibarengi oleh merdeka dalam hal ekonomi oleh beberapa masyarakat Indonesia, khususnya pedagang kaki lima (PKL). Roni, misalnya. Warga Pasuruan yang menjadi PKL sayur mayur di selatan Pasar Wonokromo ini terpaksa berjualan di kegelapan tanpa lampu penerangan saat malam hari.
"Winginane kulo digusur saking kulon. Gak onok kabeh, entek resik. Aku golek utangan mane gawe bakul iki. Utang nang kuli-kuli, saking pinginku dodolan," kata wanita berusia 60 tahun itu, Senin 15 Agustus 202.
Berjualan sejak 1982 dengan lokasi berpindah-pindah di sekitaran Pasar Wonokromo, ia mengaku berjualan sendiri selama 24 jam.
"Wingi-winginane oleh duek 30 ewu, nembe digusur. Nangis ati, mosok isok gawe kulak'an. Disyukuri wae, Alhamdulillah wes cukup gak onok penyakit, saben'e kan onok penyakit (Covid-19)," ia mengungkapkan.
Senada dengan Roni, Menik (31) yang merupakan pedagang kaki lima alat-alat pancing di pinggiran Jalan Jagir ini juga merasakan hal serupa.
"Jane yo sek sepi, tapi yo sek oleh (dapat) ae. Rejeki kan gak mesti. Masi ibarat'e gak ndue duek yo tetep merdeka ae. Kadang yo onok kadang yo gak onok," kata warga Sidoresmo yang sudah berjualan alat pancing selama 4 tahun itu.
Kemudian disusul oleh Narto, PKL makanan dan minuman yang bisa dibilang lebih mirip warkop di kawasan Jalan Ronggojalu ini menegaskan bahwa dirinya belum merdeka dalam hal ekonomi meski sudah 6 tahun berjualan.
"Kacek mbak, sebelum Covid ambek sesudah Covid, dereng saged ngangkat, dereng merdeka," kata Narto memungkasi. (res)
Editor : redaksi