Swaranews.com - Direktorat Riset Teknologi dan Pengabdian Masyarakat menggagas sebuah program Kolaborasi Membangun Bangsa atau lebih dikenal Kosabangsa. Program Kosabangsa merupakan upaya optimalisasi di bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sebagai wujud nyata implementasi Tri Dharma perguruan tinggi. Program Kosabangsa merupakan hasil kolaborasi dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat sebagai bagian dari insan akademik dari perguruan tinggi pelaksana dan perguruan tinggi pendamping.
Implementasi program Kosabangsa berupa monitoring dari perguruan tinggi pendamping yang merupakan perguruan tinggi dengan akreditasi unggul, atau memiliki pengalaman dan keahlian di bidang pengabdian kepada masyarakat terhadap perguruan tinggi pelaksana.
Baca Juga: Fokus Peningkatan Produksi Pangan dan Kesejahteraan Petani
Melalui pendampingan ini diharapkan kualitas pengabdian kepada masyarakat di perguruan tinggi dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada di masyarakat.
Pada Kosabangsa 2022 telah terseleksi sebanyak 25 proposal pengabdian kepada masyarakat dari 21 perguruan tinggi pelaksana salah satunya adalah Universitas Muhammadiyah Luwuk. Program Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat (Kosabangsa) dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) dilaksanakan di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah dengan sasaran pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) berbasis pisang di Desa Buon Mandiri, Kecamatan Luwuk Utara, Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan judul : “Diversifikasi Olahan Pisang Untuk Meningkatkan Kemandirian Ekonomi Kelompok Lapak Jalapagos Biot Matami Desa Buon Mandiri Luwuk Utara”.
Dalam program Kosabangsa ini, tim pelaksana dari Universitas Muhammadiyah Luwuk yang terdiri dari Ramadhani Chaniago sebagai Ketua, Haruni Ode, SE., MM sebagai anggota, Yusuf Ayuba, S.Kom., MM sebagai anggota. Sedangkan tim pendamping dari Universitas Muhammadiyah Malang yang terdiri dari : Dr. Untung Santoso, M.Si sebagai Ketua, Dr. Ir. Fatimah Nursandi, M.Si sebagai anggota, Dr. Ir. Aniek Iriani, MP sebagai anggota, Tatag Mutaqin, S.Hut, M.Sc, IPM sebagai anggota. Bidang fokus dalam program ini adalah kemandirian ekonomi.
Desa Buon Mandiri merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Luwuk Utara yang berjarak ± 9 Km ke arah timur dari ibu kota Kecamatan Luwuk Utara, berjarak ± 21 Km dari ibu kota Kabupaten dan 629 Km dari ibu kota Propinsi Sulawesi Tengah. Desa Buon Mandiri memiliki luas wilayah seluas ± 3.333 M² secara administrasi terdiri dari 2 Dusun. Desa Buon Mandiri memiliki penduduk sejumlah 915 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 242 (KK) yang tersebar dalam 2 Dusun dengan rincian laki-laki 497 jiwa dan 418 jiwa perempuan terdiri atas 103 KK atau (42,56%), miskin 109 KK atau (45,04%) prasejahtera.
Desa Buon Mandiri merupakan salah satu Desa yang berada di Wilayah Kabupaten Banggai yang memiliki masyarakat miskin dengan permasalahan umum yang banyak diantaranya,kesehatan, pendidikan, pengangguran, ekonomi dan lain-lain. Desa ini mempunyai produk unggulan buah pisang. Luas lahan perkebunan pisang berkisar 12 Ha dan memiliki kelompok tani, jenis pisang berupa pisang kepok, pisang raja dan pisang tanduk.
Mitra sasaran dari program Kosangsa ini adalah Kelompok Lapak Jalapagos Biot Matami desa Buon Mandiri, beranggotakan 25 orang yang memiliki usaha di lapak-lapak sepanjang tepi jalan. Kelompok mitra ini sudah memiliki struktur organisasi namun masih lemah dalam manajemennya. Usaha kelompok ini kebanyakan memperdagangkan komoditas hasil pertanian seperti aneka pisang segar, serta sedikit jagung dan ubi-ubian. Penghasilan perharinya berkisar antara Rp. 50.000-Rp 75.000. Kendala mitra dalam berusaha kebanyakan produk alam dan sedikit yang menjual produk olahan.
Kepada Swaranews.com KetuaTim Pendamping Dr Untung Santoso, MSi menjelaskan, untuk mennggenjot peningkatan perekonomian, pemerintah telah melakukan pembangunan jalan dengan memberikan akses bagi masyarakat.Namun karena jalan baru yang dibangun pemerintah daerah tersebut terletak jauh dari jalan lama tempat lokasi kelompok, sehingga menyebabkan pengalihan potensi pembeli. Problem ini telah dipahami pemerintah, lalu mereka membangunkan lapak-lapak di tepi jalan baru. Lokasi tersebut telah di launching sebagai wisata kuliner tradisional oleh Camat Luwuk Utara. Kondisi lapak-lapak tempat mitra berjualan masih sangat tradisional dan perlu sentuhan artistik agar menarik kunjungan wisatawan,lebih layak dan tentu saja hegienis. Lapak-lapak tersebut juga belum mempunyai papan nama dan aliran listrik. Diharapkan dengan solusi yang dibangun dai sebuah kolaborasi antar perguruan tinggi ini aktifitas usaha mereka kembali pulih bahkan memberikan nilai lebih baik.
Lebih lanjut UNtung menyatakan, salah satu faktor yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan. Salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan masyarakat desa yaitu pengolahan hasil pertanian. Diversifikasi tanaman, mekanisasi pertanian, dan pengolahan hasil pertanian dapat menjadi suatu inovasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Teknologi pengolahan hasil pertanian artinya memanfaatkan teknologi untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas serta kuantitas pengolahan hasil pertanian.
Pengolahan hasil pertanian, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1). Dapat meningkatkan nilai tambah, 2). Menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau dikonsumsi 3). Meningkatkan daya saing, dan 4). Menambah pendapatan dan keuntungan petani. Pengembangan Potensi Desa berfokus kepada pemanfaatan dan optimalisasi sumberdaya dan kompetensi desa dalam menggerakkan perekonomian desa untuk mengatasi persoalan kemiskinan, pengangguran dan menciptakan pembangunan berkelanjutan,” ungkapnya.
Berdasarkan analisis situasi diatas, maka perlu dilakukan sebuah terobosan dan inovasi produk olahan berbasis pisang sebagai upaya untuk diversifikasi produk olahan serta upaya meningkatkan nilai ekonomi masyarakat. Berikut ini beberapa kegiatan pelatihan yang telah dilakukan oleh tim pelaksana Program Kosabangsa.
1. Pelatihan Pembuatan Keripik Pisang
Pelatihan ini dilakukan pada tanggal 27 September 2022. Dalam pelatihan pembuatan keripik diikuti oleh 15 orang anggota yang dilaksanakan pada jam 10 pagi di salah satu lapak kelompok yang kebetulan lapak yang digunakan adalah lapak dari ketua kelompok Jalapagos Desa Buon Mandiri Ibu Karbia Budila. Pelaksanaan kegiatan dilakukan diawali dengan penyampaian materi yang disampaikan oleh Darni Lamusu, S.TP, M.P Dosen Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Luwuk. Pemateri menyampaikan tentang kondisi dan potensi desa terkait dengan komoditi pisang merupakan komoditi yang banyak tumbuh di Desa Buon Mandiri dan berpotensi untuk diolah menjadi olahan makanan salah satunya adalah keripik.
Pemateri jugamenjelaskan tentang cara pembuatan keripik pisang yang diawali dengan pengupasan, pengirisan, perendaman dengan kapur sirih, penirisan, penggorengan, penirisan dari minyak kemudian pengemasan. Dalam pelatihan ini, setelah memberikan penjelasan bagaimana cara pembuatan keripik pisang selanjutnya dilakukan praktek pembuatannya.
Dalam praktek pembutannya, kelompok ini menggunakan 2 metode saat sebelum penggorengan yaitu sebagian bahan dilakukan proses perendaman dengan kapur sirih terlebih dahulu dan sebagian lagi tidak dilakukan perendaman dengan kapur sirih atau langsung digoreng setelah dilakukan pengirisan pisang. Dari kedua metode tersebut menghasilkan produk keripik pisang yang agak berbeda dari segi warna dan teksturnya bahkan rasa dan lama penggorengannya. Keripik yang langsung digoreng setelah pengirisan itu lebih baik hasilnya, maka kelompok memutuskan untuk menggunakan metode tanpa perendaman dengan kapur sirih sebelum dilakukan penggorengan.
2. Pelatihan Pengemasan Keripik Pisang
Setelah praktek pembutan keripik pisang selanjutnya dilakukan dengan kegiatan pengemasan produk keripik. Keripik yang telah dihasilkan kemudian dapat ditambahkan dengan varian rasa yaitu rasa manis, rasa balado, rasa milo, dan lain-lain. Setelah ditambahkan varian rasa selanjutnya dilakukan penimbangan produk keripik sebelum dimasukkan kedalam kemasan yang telah diberi label pada masing-masing kemasan. Pada kemasan terdiri dari 2 ukuran yaitu ukuran untuk 100 mg dan 200 mg, setelah dikemas menghasilkan 96 bungkus. Harapan dari kegiatan pelatihan pembuatan keripik pisang dan pengemasannya adalah agar produk yang telah dihasilkan oleh kelompok ibu-ibu ini layak untuk dipromosikan dan dipasarkan sehingga produknya dapat dikenal oleh konsumen dan laku dipasaran.
3. Pelatihan Penentuan HPP (Harga Pokok Penjualan)
Baca Juga: Antisipasi El Nino, Pemkot Surabaya Tanam 9 Bahan Pangan Pengganti Padi
Setelah melakukan pelatihan pembuatan keripik pisang dan pengemasannya dilanjutkan dengan pelatihan tentang menentukan HPP atau harga pokok penjualan yang sangat menentukan untung atau rugi dari penjualan produk. Pemateri dalam pelatihan ini adalah Bapak Abdullah beliau adalah kepala cabang BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) Al-Muhajirin Luwuk yang sudah lama menangani dan mewadahi UKM-UKM yang ada di kota Luwuk. Beliau menyampikan materi tentang bagaimana cara menentukan Harga Pokok sebelum produk dijual kepada konsumen, dengan menjelaskan beberapa hal yang sangat terkait dengan harga pokok yaitu (1) biaya pembelian bahan baku yang terdiri bahan utama dan bahan tambahan, (2) biaya produksi yang terdiri dari bahan bakar/gas/kayu bakar, dan listrik (3) biaya kemasan dan promosi, (4) biaya tenaga kerja.
“Pemateri langsung memberikan contoh kasus dari produk yang telah dihasilkan kelompok untuk dapat ditentukan harga pokok penjualannya sehingga dari simulasi tersebut kelompok ibu-ibu menyepakati harga pokok penjualan keripik pisang. Diakhir penjelasannya pemateri menyampaikan kepada anggota kelompok agar dapat melakukan survey harga untuk melakukan perbandingan harga dari produk keripik yang sudah ada dipasaran dengan produk yang dihasilkan. Selanjutnya kelompok harus menemukan bahan baku yang lebih murah dengan tetap mempertahankan kualitas produknya, melakukan efisiensi biaya produksi dan promosi, dan meningkatkan penjualan,” ujar Untung.
Pelatihan ini diharapkan agar anggota kelompok dapat menentukan harga pokok penjualan atau harga modal produk sehingga dapat meminimalisir terjadinya kerugian akibat salah menentukan harga produk dari awal.
4. Pelatihan Distribusi Laba-Rugi
Pelatihan ini menjelaskan tentang bagaimana cara mengelola hasil dari penjualan produk, misalnya laba atau keuntungan yang didapatkan dari hasil penjualan produk harus ditahan sebesar minimal 30% dari laba usaha yang berfungsi untuk memperkuat modal usaha. Selanjutnya penjelasan tentang gaji dapat dikeluarkan dari total laba adalah 50% dan dapat diambil untuk digunakan dalam kegiatan produksi agar menambah kekuatan usaha kelompok. Gaji diberikan kepada ketua atau anggota yang terlibat dalam seluruh kegiatan. Pemateri menyarankan adanya tunjungan sosial bagi anggota kelompok usaha sebesar minimal 2% dan menghitung biaya tambahan peralatan dan lain-lain.
Harapan dari pelatihan ini adalah agar anggota kelompok dapat mendistribusikan keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan produk keripik pisang kearah yang lebih produktif sehingga dapat menjamin keberlangsungan usaha kelompok.
5. Pelatihan Pembuatan Stik dan Cookies Pisang
Program Kolaborasi Membangun Masyarakat (Kosabangasa) yang dilaksanakan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Luwuk yang membina enam kelompok kecil Ibu-ibu Jalapagos di Desa Buon Mandiri Kecamatan Luwuk Utara. Pada kesempatan kali ini Program Kosabangsa ini dilakukan dengan memberikan pelatihan pembuatan stik dan kue kering (Cookies) berbahan pisang. Pelatihan ini dilakukan di salah satu lapak atau tempat jualan dari anggota kelompok. Pelatihan terkait dengan pembuatan stik pisang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 4 oktober 2022 sedangkan pelatihan pembuatan cookies pisang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 11 oktober 2022.
Pembuatan Stik Pisang
Dalam pelatihan ini disampaikan oleh ketua pelaksana program Ramadhani Chaniago, S.TP, MP yang menjelaskan bahwa STIK PISANG merupakan olahan pisang yang dibuat dari pisang yang telah dihaluskan kemudian dicampurkan dengan tepung setelah itu digoreng. Proses pembuatan stik pisang diawali dengan penghalusan pisang, pencampuran bahan, pencetakkan, penggorengan, penirisan, pengemasan. Pelatihan ini dihadiri oleh 12 orang ibu-ibu anggota kelompok yang antusias dalam mengikuti kegiatan. Selama kegiatan ibu-ibu sangat semangat dalam mengikuti baik materi maupun praktek pembuatannya. Pembuatan Cookies Pisang
Dalam pelatihan ini disampaikan oleh ketua pelaksana program Ramadhani Chaniago, S.TP, MP yang menjelaskan Kue kering (Cookies) adalah salah satu produk pangan yang sangat banyak digemari oleh kalangan masyarakat. Kue kering ini dibuat dari adonan lunak, teksturnya tidak terlalu padat dan sangat renyah, dibuat dengan proses pencetakan dan pemanasan atau pemanggangan. Pelatihan ini dihadiri 25 orang anggota kelompok ibu-ibu yang sangat semangat dan serius dalam menyimak materi dan praktek pembuatannya.
Pelatihan ini, kata Untung merupakan kegiatan lanjutan dari program Kosabangsa dalam bidang produksi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok ibu-ibu dalam mengolah hasil panen berbahan pisang. Pasalnya Desa Buon Mandiri banyak ditumbuhi tanaman pisang dan banyak dari mereka suaminya berprofesi sebagai petani. Selain itu, dengan mengikuti pelatihan ini diharapkan kelompok ibu-ibu dapat menambah penghasilan kel
Sementara itu, Kepala Desa Buon Mandiri mengatakan bahwa pelatihan yang diberikan Faperta Universitas Muhammadiyah Luwuk dapat menambah pengetahuan sekaligus keterampilan mereka (ibu-ibu) dan sangat memberikan manfaat. Ilmu ini akan dikembangkan di desanya. Semoga dengan adanya program ini dapat menambah ekonomi keluarga masyarakat desa. Senada, Ketua Kelompok Ibu-ibu Karbia Budila menyebutkan kegiatan ini dirinya beserta kelompok mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru tentang pemanfaatan hasil panen pisang.
6. Pelatihan Pembuatan Abon dan Nugget Jantung Pisang
Kegiatan pelatihan inovasi abon jantung pisang kepada ibu-ibu kelompok jalapagos di Desa Buon Mandiri Kecamatan Luwuk Utara Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah oleh Tim Pelaksana Program Kosabangsa yang merupakan dosen di Universitas Muhammadiyah Luwuk. Kegiatan pelatihan pembuatan abon jantung pisang dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2022. Sedangkan pelatihan pembuatan nugget jantung pisang dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2022. Pelaksanaan kegiatan pelatihan bertempat di lapak dari salah satu anggota kelompok jalapagos.
Pelatihan pembuatan abon jantung pisang diikuti oleh 20 orang anggota kelompok jalapagos, sedangkan pada pelatihan pembuatan nugget jantung pisang dihadiri oleh 17 Orang anggota kelompok. Selama proses kegiatan pelatihan berlangsung baik pada pelatihan pembuatan abon jantung pisang maupun nugget jantung pisang, para peserta kegiatan sangat antusias dalam mengikuti pelatihan dan kegiatan praktek pembuatannya. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya yang berpartisipasi dalam mengikuti praktek pengolahan jantung pisang menjadi abon dan nugget.
7. Pelatihan Pembuatan Bakso Jantung Pisang
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan dengan mitra kelompok lapak Jalapagos desa Buon Mandiri, yang dihadiri oleh Tim Kosabangsa yang terdiri dosen-dosen Fakultas Pertanian dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, kepala Desa Buon Mandiri yaitu bapak Muhardin Kamudin, SP, serta beberapa mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Luwuk. Pada kegiatan pelatihan tersebut dilakukan dengan cara : a. Membagikan modul tentang manfaat dan cara pengolahan bakso jantung pisang, b. Mendemonstrasikan pembuatan bakso jantung pisang, c. Mengevaluasi hasil bakso dan berdiskusi.
Baca Juga: Petani Surabaya Panen 22,4 Ton Padi di Lahan Milik Pemkot
a. Membagikan Modul Tentang Manfaat dan Cara Pengolahan Bakso Jantung Pisang
Tim pengabdian kepada masyarakat memulai kegiatan dengan cara membagikan modul, tentang potensi dan cara pembuatan bakso jantung pisang kepada kelompok ibu-ibu Jalapagos. Tujuan dari pembagian modul tersebut adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya membanfaatkan jantung pisang yang tersedia sangat banyak dikebun masyarakat tetapi tidak dimanfaatkan secara maksimal, sehingga jantung pisang tersebut hanya terbuang percuma. Pemanfaatan jantung pisang sebenarnya sudah diolah oleh masyarakat dalam bentuk olahan sayuran biasa, dan belum menjadi sumber ekonomi bila dijual dalam bentuk segar.
Dengan dilaksanakan kegiatan pelatihan cara pengolahan jantung pisang menjadi bakso, kelompok ibu-ibu mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya memanfaatkan jantung pisang sebagai sumber ekonomi baru. Sehingga dapat meningkatkan kesejahateraan keluarga petani di desa Buon Mandiri. Kondisi kegiatan tentang penjelasan manfaat jantung pisang dan cara pembuatan bakso seperti disajikan pada gambar 9.
b. Mendemonstrasikan Pembuatan Bakso Jantung Pisang
Tim Kosabangsa Universitas Muhammadiyah Luwuk yang terdiri Dosen Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Mahasiswa. Setelah menyampaikan materi, selanjutnya dilakukan demonstrasi pembuatan bakso jantung pisang. Kegiatan pelatihan tersebut lebih aktif melibatkan ibu-ibu kelompok Jalapagos, yang langsung melakukan aktivitas pengolahan jantung pisang sampai menjadi bakso jantung pisang, yang tentunya terus diarahkan oleh pemateri dari tim Kosabangsa.
Pada pembuatan bakso jantung pisang membutuhkan bahan-bahan yaitu : 1 buah jantung pisang ± 500gr, 14 sdm tepung tapioca, 7 sdm tepung terigu, 1 butir telur, 1/5 bungkus kaldu sapi, 1 bungkus lada, 1 sdt garam, 5 siung bawang putih goreng, 5 siung bawang merah goreng. Kemudian untuk alat yang digunakan adalah pisau, ayakan, sendok makan, cooper/blender, wajan, Loyang, kompor gas, timbangan, mangkok dan piring.
Adapun cara pengolahan pembuatan bakso jantung pisang adalah cuci jantung pisang dan keluarkan bagian tua dari kulit jantung pisang sampai mendaptkan bagian dalam yang agak berwarna putih keunguan, kemudian diris-iris. Jantung pisang yang telah diiri-iris tersebut kemudian dimasak sampai masak atau kurang lebih selama 10 menit, lalu ditiriskan airnya. Masukkan jantung pisang ke dalam cooper/blender, bersama telur, bawang merah/bawang putih goreng, kaldu sapi, merica, garam kemudian blender sampai halus. Setelah diblender taruh di Loyang/mangkok terus tambahkan tepung tapioca dan tepung terigu sambil diayak. Bahan-bahan tersebut aduk-aduk sampai semua bahan tercampur rata dan bertekstur seperti adonan bakso. Didihkan air kemudian bentuk adonan menjadi bulatan bakso dengan menggunakan dua sendok dan rebus sampai mengapung sebagai pertanda bakso sudah jadi dan segera diangkat. Adapun proses pembuatan bakso jantung pisang seperti tersaji pada gambar 10 dan 11 berikut ini.
c. Mengevaluasi Hasil Bakso dan Berdiskusi
Pada tahap kegiatan selanjutnya adalah evaluasi hasil pembuatan bakso serta melakukan diskusi tentang kekurangan dan kelemahan dari produk bakso yang sudah dibuat. Hasil dari tahap tersebut adalah kelompok ibu-ibu lapak Jalapagos puas dengan rasa dari bakso jantung pisang tersebut, sehingga kelompok tersebut sangat berantusia untuk memproduksi lebih banyak bakso jantung pisang. Tetapi terdapat kendala mengenai tempat penyimpanan ketika bakso jantung pisang tersebut diproduksi dalam jumlah yang besar. Mengenai kendala tersebut tim Kosabangsa Universitas Muhammadiyah Luwuk akan memberikan solusi mengenai bantuan alat freezer untuk mengawetkan bakso jantung pisang tersebut. Mengenai kegiatan tersebut tersajikan dalam gambar 4 berikut.
Selama proses kegiatan pelatihan berlangsung, peserta kegiatan tersebut sangat merespon dan antusias mengikuti pelatihan dan kegiatan pengolahan bakso jantung pisang. Hal ini dapat terlihat dengan jumlah peserta yang hadir dan memberikan pertanyaan mengenai pengolahan bakso jantung pisang dan partisipasi kelompok ibu-ibu Jalapagos dalam mengikuti pelatihan pengolahan jantung pisang. (Shan)
Editor : redaksi