Taiwan bersedia bekerjasama dengan Indonesia dalam revitalisasi bumi

swaranews.com

Swaranews.com - "Ilha Formosa" dan "Wonderful Indonesia", dua slogan yang paling menginspirasi citra Taiwan dan Indonesia, memiliki visi-visi yang sama yaitu : untuk menciptakan keindahan yang lebih mempesona dan menciptakan desa global yang lebih layak huni.

The 26th Conference of the Parties of the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), kenferensi tentang prospek masa depan desa global, akan diadakan di Glasgow, Inggris dari 31 Oktober hingga 12 November 2021.

Ini adalah topik menjadi perhatian global, namun keikutsertaan Taiwan dibatasi karena faktor politik dan hanya dapat berpartisipasi dalam pertemuan atas nama pengamat LSM, meskipun demikian Taiwan tidak pernah menyerah dan tetap berupaya seperti yang diserukan oleh UNFCCC agar semua negara memikul tanggung jawab bersama.

Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen menyatakan pada Hari Bumi tahun 2021 bahwa transisi emisi nol 2050 adalah tujuan seluruh dunia dan Taiwan. Langkah-langkah terkait yang telah dipromosikan Taiwan meliputi:

(1) Tinjauan komprehensif kebijakan yang relevan dan peluncuran amandemen undang-undang: Arahan utama amandemen tersebut mencakup pencantuman target emisi nol karbon 2050, memperkuat tata kelola iklim, meningkatkan efisiensi manajemen, peningkatan mekanisme pembayaran, dan adaptasi perubahan iklim. Pemerintah Taiwan juga telah berkoordinasi dan mengundang kementerian terkait membentuk "Kelompok Kerja Proyek Jalur Emisi Net-Zero" untuk membuat rencana yang sejalan dengan manajemen berkelanjutan iklim Taiwan di masa depan, tata kelola dan mencapai tujuan emisi nol (Roadmap).

(2) Secara aktif melakukan transformasi energi untuk mencapai tujuan emisi nol karbon: Taiwan telah mengembangkan transformasi energi sejak 2016, dan secara aktif mendukung industri negara menuju ke arah transformasi hijau "penghijauan, peningkatan gas dan mengurangi batubara", tahun 2019 Taiwan membangun Ladang angin lepas pantai pertama di kawasan Indo-Pasifik, pada tahun 2020, kapasitas kumulatif instalasi energi terbarukan meningkat lebih dari dua kali lipat, di mana fotovoltaik surya telah tumbuh hampir 3,7 kali lipat.

Sektor swasta juga merupakan bagian penting dari keberhasilan perang melawan perubahan iklim. 11 perusahaan furnitur berpengaruh serta TSMC, Delta dan Acer Group telah bergabung dengan RE100 dan berjanji untuk mencapai 100% penggunaan energi terbarukan pada tahun 2050.

"Taiwan sangat menantikan untuk memperkuat kerja sama dengan Indonesia dan negara-negara lain di empat bidang," ujarnya, kemarin.

Tsai Ing-Wen menjelaskan, empat bidang itu diantaranya :

(1) Tata kelola lingkungan: Taiwan memiliki pengalaman yang matang dalam berbagai tata kelola lingkungan dan sistem, dan bersedia berbagi pengalaman dengan Indonesia dan negara lain. Saat ini Taiwan sedang membantu Palau mempromosikan pariwisata tanpa karbon, membuat kalkulator jejak karbon pertama di dunia dan merancang program penyeimbangan karbon untuk membantu Palau mencapai NDC nasionalnya.

(2) Pencegahan bencana dan peringatan dini: Taiwan dan Indonesia berada di Lingkar Pasifik dan sangat terpengaruh oleh gempa bumi dan bencana alam. Taiwan terus meningkatkan kemampuan pencegahan bencana dan peringatan dininya. Taiwan saat ini mempromosikan sistem informasi geografis (GIS) dan sistem posisi terkait di Amerika Latin dan Karibia, seperti membantu Belize dan Nikaragua untuk meningkatkan pengalaman mereka dalam menerapkan teknologi untuk mitigasi bencana dan kemampuan peringatan dini, kami bersedia membagi pengalaman ini sebagai referensi untuk Indonesia.

(3) Peningkatan efisiensi energi: Taiwan telah lama menggunakan teknologi untuk meningkatkan efisiensi energi guna mengurangi emisi gas rumah kaca. Saat ini, Taiwan telah membantu Kepulauan Marshall di Pasifik Selatan untuk membentuk "Program Efisiensi Energi Rumah Tangga dan Energi Terbarukan" untuk mentransfer energi hijau sebagai teknologi energi dan mengurangi pencemaran lingkungan dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

(4) Keuangan hijau dan teknologi inovatif: Taiwan dikenal dengan teknologi energi hijaunya. Banyak industri teknologi telah diekspor ke negara lain. Pada saat yang sama, melalui pendanaan iklim internasional, Taiwan memperkuat investasi dan transfer teknologi.

"Saat ini, Taiwan sedang mendanai Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan Khusus Dampak Iklim HIPCA sebesar US$55 juta untuk membantu negara-negara Eropa Timur dan Asia Tengah mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan kemampuan penyesuaian iklim dan memperkuat ketahanan iklim. Ini juga merupakan pengalaman dan prestasi yang telah diberikan Taiwan kepada masyarakat internasional," papar Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen.

Dirinya menjelaskan, untuk memerangi perubahan iklim, Taiwan tidak akan berdiam diri. Pada saat yang sama, Taiwan bersedia bekerja sama dengan Indonesia dan negara-negara lain untuk secara aktif mempromosikan rencana aksi yang lebih berwawasan ke depan untuk meninggalkan desa global yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. Keyakinan dan upaya Taiwan yang teguh untuk memerangi perubahan iklim, seperti Indonesia dan negara-negara lain, harus diberi kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam mekanisme pengurangan karbon global, negosiasi dan kegiatan yang terkait dengan Perjanjian Paris dalam menanggapi perubahan iklim.

"Kami menghimbau Indonesia untuk mendukung keprofesionalan, pragmatis, dan sumbangsih Taiwan, agar dapat berpartisipasi dalam UNFCCC, sehingga Taiwan, Indonesia, dan rekan global lainnya dapat berkontribusi bersama," pungkasnya. (mar)

Editor : redaksi

Peristiwa
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru