Nelayan: Sekali Layar Terkembang Pantang Surut Ke Belakang

Reporter : amar

Swaranews.com - Gegara rencana pembuatan daratan di laut di kawasan pesisir Kenjeran, Bulak dan Kedung Cowek yang dinamakan Surabaya Waterfront Land (SWL) atau disebut reklamasi. Proyek senilai 72 triliun rupiah berasal dari investor negeri Tirai Bambu ini membuat pertanyaan banyak orang. Tak jarang yang mengaitkan proyek ini senada dengan pembangunan proyek PIK (Pantai Indah Kapuk) 1 di wilayah Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat dan PIK 2 di wilayah Kecamatan Kosambi dan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten.

Sekali layar terkembang pantang surut ke belakang, itulah yang dikatakan Heru Sri Rahayu Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Surabaya. Heru panggilan akrabnya dikenal sangat akrab dengan para nelayan Surabaya.

Baca juga: Pemkot Surabaya Beri Bantuan Perahu Wisata

Senin 29 Juli 2024 pagi pukul 07.50 sudah berada di rumah aspirasi Armuji, Wakil Walikota Surabaya di jalan Walikota Mustajab Surabaya. Perlawanan ini tidak boleh berhenti kata Heru. Di belakang barisan Heru diantaranya Hatib Pokmaswas Nambangan, Munif KUB Nelayan Bintang

Samudera Kedung Cowek, Mukminin KUB Nelayan Wonorejo, Ali Yusa LPMK Rungkut dan Heroe LPMK Medokan Ayu.

Dengan membawa sejuta harapan agar Wakil Walikota sebagai pengayom masyarakat Surabaya setidaknya dapat mencegah agar Reklamasi dapat dikaji ulang dengan akal sehat. Hatib berharap jika bertemu Armuji dapat mengekspresikan betapa takutnya kelompok nelayan yang dia pimpin akan kehilangan mata pencahariannya.

Setelah 15 menit menunggu akhirnya hanya perwakilan satu orang yang bisa menghadap kepada Wakil Walikota. Antrean di rumah aspirasi itu mirip seperti di tukang pijat alternatif Haji Kemas di Gunung Anyar.

Kelompok yang menunggu di luar tentu cemas, ingin segera melihat Hatib keluar dengan wajah berbinar membawa harapan pasti. Justru sebaliknya, Hatib berdesah. Hatib sudah mengira dalam bertemuan itu mirip ke praktek pijat di Pak Kemas. Ditanya singkat, maslahmu opo? Soal reklamasi Pak. O iku wis ditangani oleh DPRD, kata Armuji singkat pula. Wis sing liyane? Tanya Armuji kepada pasien lainnya.

Baca juga: Wali Kota Eri Cahyadi Bahas Rencana Pengembangan Wisata

Heru tercengang melihat pemaparan Hatib yang sosoknya sangat keras, bisa ditekuk semudah itu. Kita tak boleh menyerah kata Heru memberikan semangat. Rencana dari kelompok ini akan melakukan aksi besar-besaran apabila Pemerintah tidak merespon dengan serius.

Menurut Munif wilayah yang akan di bangun daratan yang mirip pulau itu merupakan sumber mata pencaharian mereka sehari-hari. Ada kerang dara, kerang kupang, kerang hijau, kerang manuk, jangkang, nyager, kakap, kepiting, bagan, jambal, belanak, keting, skilot dan masih banyak lagi. Munif sanggup bila diminta membuktikan dari yang ia ceritakan ini.

Munif berkali-kali geram, yang menyatakan tidak habis berfikir terhadap rencana ini. Nelayan yang datang di wilayah ini bukan hanya Surabaya saja. Menurut Munif juga datang nelayan dari Gresik. Lamongan. Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo dan Madura. Jadi mereka bila diminta untuk solidaritas terhadap masalah ini sangat memungkinkan, tutur Munif.

Hal senada dikatakan oleh Ketua DPC HNSI Kota Surabaya. Apakah pemerintah tidak memikirkan bagaimana bila curah hujan tinggi sungai di dalam kota tentu mengalir ke laut, kalau ruang laut sekarang di persempit dengan daratan. Apakah sudah dihitung laju aliran air ke laut, dan kondisi ombak di laut, apakah yang di darat tidak terjadi perlambatan dan akan meluap banjir ke kawasan pemukiman sekitarnya.

Bagaimana soal sampah, ini yang disoroti oleh aktivis sungai dan laut Ali Yusa Ketua LPMK Rungkut berbicara keras soal pencemaran ekologi sungai dan lautan sistematis. Belum ada reklamasi, pemerintah dan nelayan saja kewalahan menghadapi masalah sampah kiriman. Apalagi

akan dibangun pulau buatan. Hal itu dianggap akan jelas-jelas merusak sumber daya alam semakin buruk. Air kotor yang tak berkualitas tak dapat digunakan para petambak.

Mukminin menambahkan sesungguhnya pulau buatan ini untuk kepentingan siapa. Siapa yang bakal menghuni disana. Ini menjadi pertanyaan besar. Bila dikatakan akan memberikan kesejahteraan bagi para nelayan, seperti apa konkritnya. Jangan memberikan harapan palsu dan sederatan mimpi kosong di siang bolong. 

Editor : amar

Peristiwa
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru