Swaranews.com - menjelang 77 tahun bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaannya. Dengan suka cita, seluruh warga di perkampungan memoles kampungnya masing-masing. Berbagai macam lomba juga digelar.
Ironisnya, di tengah pusat Kota Surabaya masih ada kampung yang belum teraliri air bersih dari PDAM Surya Sembada. Perkampungan padat penduduk tersebut sudah 10 tahun tidak dapat menikmati air bersih PDAM.
Baca Juga: Yayasan BDH Peduli dan PT Pertamina Gelar Kegiatan Sosial Bagikan Sembako di Kecamatan Bulak
"Sudah 10 tahun air PDAM mati. Kita sudah berkali-kali lapor ke pihak PDAM bahkan datang ke kantor PDAM tapi hasilnya nihil. Pipa saluran PDAM sampai sekarang belum diperbaiki," ujar Mohammad Zulkarnaen warga Blauran Kidul gang1 nomor 8, kepada Anas Karno Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya, saat mendatangi lokasi pada Sabtu sore (30/7/2022).
Zulkarnaen mengatakan, ada sekitar 20 rumah yang tidak mendapat layanan air bersih PDAM. Dia menyampaikan bahwa pemukiman ini perbatasan. Jadi barisan rumah di sebelah barat masuk Blauran Kidul gang 1, sedangkan disisi timur masuk Kebangsren.
"Dulu pernah ada petugas PDAM yang datang ke kampung kami untuk melakukan pengukuran. Namun sampai sekarang tetap saja tidak ada perbaikan. Tunggu anggaran," ucap Zul menirukan perkataan dari pihak PDAM Surya Sembada.
Zul kembali menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga membeli ke penjual air keliling.
"Warga mendapatkan air bersih, untuk mencuci, masak, mandi dengan membeli air gledekan. Setiap bulan habisnya Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu. Kalau tidak ada penjual air gledekan kita beli air galon isi ulang," ungkapnya.
Zulkarnaen menjelaskan bahwa dirinya memanfaatkan air sumur untuk mandi. Tapi kondisi airnya keruh.
"Mau gimana lagi. Terpaksa untuk menghemat biaya. Padahal kita ini tinggal di pusat kota," keluhnya.
Baca Juga: Peringati Hari Santri Bamusi Surabaya Ziarah ke Makam Pendiri NU
Sementara itu Tia warga lainnya menyebutkan, meski air bersih PDAM tidak mengalir, warga tetap dikenakan tagihan untuk administrasi.
"Ketika bulan Januari, Maret, April tagihannya sekitar Rp 18 ribuan. Namun setelah itu naik menjadi sekitar Rp 60 ribu lebih. Tidak dapat air tapi tetap disuruh bayar," ungkapnya.
Akibatnya ada sedikitnya 3 warga yang berhenti menjadi pelanggan PDAM, karena keberatan membayar.
Mengetahui hal itu, Wakil Ketua Komisi B Anas Karno prihatin atas kondisi warga tersebut. Apalagi perkampungan ini letaknya dipusat kota, pusat kegiatan bisnis segi empat emas.
'Dekat dengan kampung Ketandan dan Tunjungan Romansa, yang saat ini menjadi ikon wisata Surabaya," terangnya.
Baca Juga: Pertemuan Walikota Eri dan Pimpinan Parpol Jaga Kondusifitas Surabaya
Politisi PDIP Surabaya itu meminta, supaya PDAM Surya Sembada segera menangani persoalan tersebut, sehingga warga tidak lagi susah akan air bersih.
"Sebenarnya ini perkara mudah. Wong jaringan pipa di kampung ini sudah ada. Didukung juga jaringan dikampung sekitarnya juga ada. Apalagi aliran air di kampung tetangga juga normal," jelasnya.
Anas menekankan supaya PDAM Surya Sembada lebih detail lagi terhadap layanan ketersediaan air bersih, bagi warga Surabaya. Karena masih banyak warga Surabaya, yang belum mendapatkan air PDAM.
"Apalagi pak Dirut PDAM Surya Sembada yang baru, sekarang lagi giat menambah pemasangan PDAM, untuk mengejar target tahun 2023 seluruh warga Surabaya mendapatkan air bersih PDAM," tutup Anas Karno. (mar)
Editor : redaksi