DPRD Surabaya Berharap Kasus Kekerasan Pada Anak Tak Pengaruhi KLA

avatar swaranews.com

Swaranews.com - Kekerasan terhadap anak kembali terjadi di Kota Surabaya. Terbaru, kasus pengeroyokan terjadi di SMP  11. Siswa kelas 9 di sekolah tersebut menjadi korban pada Selasa (7/3/2023) lalu. Akibatnya, korban harus mendapatkan perawatan secara intensif di rumah sakit, karena mengalami patah tulang lengan kiri, setelah dikeroyok belasan pelajar SMP dan SMA.


Mengetahui hal itu, Komisi D DPRD Kota Surabaya melakukan rapat dengar pendapat (hearing) dengan Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Surabaya agar ke depan tidak ditemukan kasus serupa.

Ketua Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah menyayangkan permasalahan yang terjadi dalam sebulan ini. Apalagi Surabaya saat ini tengah melakukan upaya untuk menjadi kota layak anak (KLA) dunia dan kota ramah anak. Namun bagi Khusnul permasalahan yang terjadi itu tidak akan mengeleminir Surabaya sebagai kota ramah anak maupun KLA.

"Ini tidak mengurangi esensi itu. Apalagi dengan menyandang predikat KLA berarti bukan tidak ada kasus kekerasan anak, tapi ketika ada kasus anak ini maka akan menjadi alarm. Sehingga semua bergotong royong menyelesaikan," ujar Khusnul, Jumat (10/3/2023).

Dirinya menyampaikan permasalahan pengeroyokan anak di SMPN 11 Surabaya seharusnya bisa diselesaikan dengan mediasi tanpa dibawa ke ranah hukum.

"Jangan sampai berdampak berkepanjangan. Segala upaya dilakukan pihak sekolah. Kami berharap bisa diselesaikan dengan kekeluargaan," pinta Khusnul Khotimah.

Politisi asal Fraksi PDI Perjuangan ini menyatakan bahwa dengan pendekatan persuasif yang dilakukan oleh Dispendik maupun DP3A-PPKB kasus kekerasan tidak ada lagi di Surabaya. Sebab Khusnul menyebutkan kasus kekerasan pada anak di Surabaya meningkat dalam satu bulan ini. Terutama di kawasan Surabaya Utara.

Khusnul menyarankan agar kejadian ini bisa menjadi pelecut agar Pemkot Surabaya lebih masif lagi melakukan sosialisasi dan memetakan tingkat kerawanan daerah yang rawan kekerasan pada anak.

"Saat ini semua sedang on the track apalagi kemarin pak wali tengah membuat program Sekolah Arek Suroboyo (SAS) dan adanya layanan pusat pembelajaran keluarga (Puspaga) ditambah penguatan berbasis agama yang dilakukan oleh Kemenag, tentu lebih menguatkan untuk mengurangi kasus kekerasan pada anak," paparnya.

Terpisah, Kadispendik, Yusuf Masruh mengatakan bahwa dengan adanya kasus kekerasan yang terjadi, pihaknya akan terus menguatkan dalam sisi aspek spiritual. Ia sudah berpesan kepada guru agama di semua sekolah untuk meningkatkan pembelajaran agama. Tak hanya itu konseling di sekolah juga ditingkatkan.

"Tadi saya sampaikan kalau istirahat teman-teman guru harus bagi tugas, tetap dipantau kondisi dan psikologi anak. Dan tujuannya untuk bisa memberikan wawasan kepada anak," terangnya.

Sementara itu Pelaksana tugas (Plt) Kepala DP3A-PPKB Surabaya, Nanik Sukristina mengatakan pihaknya akan terus mendampingi permasalahan kasus kekerasan pada anak. Bahkan kasus pengeroyokan yang terjadi di SMPN 11 Surabaya, Nanik mengaku akan melakukan pendampingan mediasi.

"Kondisi psikologi kedua anak yang bertikai itu saat ini sudah membaik. Untuk medisnya memang korban pengeroyokan saat ini masih dalam perawatan," urainya. (Adv/mar)

Editor : redaksi