Swaranews.com - Surabaya sebagai Kota Pahlawan juga menyimpan beragam peninggalan bersejarah dan budaya asli yang hingga saat ini terawat. Dari gedung tua peninggalan Belanda, Kampung Lawas, Kampung Pecinan dan pusat perbelanjaan berikut ratusan wisata religi.
Salah satunya, Kampung lawas Ketandan yang berlokasi di kawasan pusat bisnis kota Surabaya. Dalam kampung yang letaknya berada di Jalan Tunjungan Kecamatan Genteng itu, terdapat makam tua yang dinyakini masyarakat sebagai tempat persemayaman terakhir, tokoh "babat alas" Kampung Ketandan, bernama Mbah Buyut Tondo.
Baca Juga: Jangan Lewatkan! Pemkot Surabaya Beri Insentif Pajak Hingga Akhir September 2024
Area pemakaman itu cukup luas dengan suasana yang sejuk. Terdapat pohon beringin yang diduga umurnya lebih tua dari usia makam. Pintu masuknya menyerupai gapura di jaman Majapahit. Yang temboknya terbuat dari susunan batu bata merah.
Sampai sekarang makam Mbah Buyut Tondo, kerap menjadi tujuan ziarah religi. Terutama saat memperingati 1 Suro atau tahun baru Islam dalam kalender Hijriah.
"Dari cerita turun-temurun makam Mbah Buyut Tondo sudah ada sebelum kawasan ini jadi pemukiman. Dulu ini kawasan Bong (kuburan Cina)," ujar Mbah Man warga setempat, usai doa bersama memperingati 1 Suro, yang digelar legislator PDIP Surabaya Anas Karno. Pada Sabtu (22/07/2023).
lebih lanjut Mbah Mar mengatakan, makam Mbah Buyut Tondo tidak mempunyai juru kunci.
"Jadi yang merawat ya warga sini. Ada 4 sampai 5 orang termasuk saya yang rutin merawat. Tahun lalu di bantu Pak Anas untuk pemasangan lantai porselen agar terlihat lebih rapi," terangnya.
Baca Juga: Cegah Adanya Reklame Liar di Taman dan Ruang Terbuka Hijau, Pemkot Surabaya Atur Dengan Perwali
Sementara itu Anas Karno mengapresiasi kepedulian warga Kampung Ketandan, untuk merawat makam Mbah Buyut Tondo.
"Makam ini warisan heritage, sebagai kearifan budaya lokal yang sudah sepatutnya kita rawat sebaik-baiknya," ujar Anas.
Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya tersebut menambahkan, Kampung Ketandan mempunyai potensi wisata heritage yang bisa dikembangkan. Apalagi lokasinya dikawasan Jl.Tunjungan, yang sekarang sudah menjadi ikon wisata Surabaya.
Baca Juga: Jelang Surabaya Kota Layak Anak Tahun 2030, Pemkot Siapkan Infrastruktur Pendukung Generasi Berikut
"Disini ada Masjid An Nur yang dibangun tahun 1915. Sebelumnya adalah langgar, yang kemudian diperluas menjadi masjid. Kemudian ada balai Cak Markeso yang menyerupai pendopo, sehingga mempercantik kampung Ketandan," terangnya.
Lebih lanjut kata Anas, potensi wisata itu perlu mendapatkan penataan serius dari pemerintah kota.
"Bagaimana menambah daya tarik aset-aset wisatanya, termasuk UMKM nya. Kemudian dibarengi dengan promosi secara luas lewat berbagai cara, diantaranya media sosial," tutupnya. (mar)
Editor : redaksi