Swaranews.com - Para kader PDIP sudah intens mencalonkan Puan Maharani jadi calon presiden (capres) pada 2024. Bahkan Ketua DPR RI ini sudah digadang-gadang oleh Barisan Relawan Puan Maharani untuk Indonesia (Barani).
Menururut M. Jamaluddin Ritonga, Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul, Jajarta bahwa peluang Puan menjadi capres memang sangat besar. Sang ibunda, Megawati Soekarnoputri tampaknya sudah mempersiapkan Puan jauh-jauh hari.
"Puan sudah dimagangkan menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) di era Pemerintahan Jokowi - JK. Sekarang Puan dimagangkan menjadikan Ketua DPR RI," ujarnya, Senin (29/3/2021).
Sayangnya, lanjut Jamiluddin, kita tidak mendengar prestasi monumental saat Puan menjabat Menko PMK. Bahkan Program Revolusi Mental yang berada dibawah kendali Menko PMK tak jelas hasilnya.
"Minus prestasi juga terlihat saat Puan menjabat Ketua DPR RI. Setelah memimpin DPR RI satu setengah tahun, tidak ada gebrakan yang membuat masyarakat kagum terhadap dirinya dan DPR RI. Masyarakat hanya tahu kasus kontroversial Puan saat mematikan pengeras suara pada suatu acara paripurna," urainya.
Dosen yang mengajar riset kehumasan ini. menyebutkan bahwa dengan dua jabatan bergengsi itu, seharusnya elektabilitas Puan sudah meroket. Sebab, dua jabatan itu berhubungan langsung dengan masyarakat, sehingga kalau ia menonjol tentu elektabilitasnya sudah tinggi.
"Namun kenyataannya elektabilitas Puan sangat rendah. Hasil survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI), elektabilitas Puan hanya 1,1 persen. Bahkan hasil survei Parameter Politik Indonesia (PPI), elektabilitasnya hanya 0,7 persen," sambungnya.
Jamiluddin menyatakan, terlihat ada kaitan antara prestasi jabatan publik dengan elektabilitas seseorang. Semakin menonjol prestasinya sebagai pejabat publik, maka akan semakin tinggi elektabilitasnya.
"Dengan rendahnya elektabilitas Puan selama menjadi pejabat publik, maka diperkirakan elektabilitasnya memang sulit untuk dikerek. Nilai jual Puan tampak rendah, sehingga akan menyulitkan relawan dan PDIP membrandingnya," bebernya.
Hal itu, masih menurut Jamiluddin Ritonga, akan menyulitkan Megawati Soekarno untuk mengusung Puan menjadi capres. Apalagi kalau Megawati diperhadapkan adanya kader PDIP yang elektabilitas tinggi, seperti Ganjar Pranowo. Sebagai panutan di PDIP, tentu Megawati harus objektif saat memutuskan siapa yang layak menjadi capres, Puan atau Ganjar.
"Kalau hasil survei relatif stabil hingga pertengahan 2023, maka pilihan paling rasional tentulah Ganjar. Puan dengan berat hati harus rela tidak diusung jadi capres," bebernya. Penulis buku Riset Kehumasan mengingatkan bila pilihan capres lebih bersifat politis, maka Megawati Soekarnoputri akan tetap memilih Puan. Resikonya peluang Puan tidak terpilih pada Pilpres 2024 akan sangat besar.
"Dalam kondisi elektabilitas rendah, yang paling rasional Puan diusung menjadi cawapres. Disini Puan berpeluang mendampingi Prabowo yang selama ini elektabilitasnya sangat tinggi. Megawati berpeluang memilih opsi ini bila elektabilitas Puan tetap jeblok," tutup M. Jamiluddin Ritonga. (mar)
Editor : redaksi