Swaranews.com - Kampus punya tugas besar untuk mendidik, meneliti, serta mengabdi kepada masyarakat. Sayangnya, tiga tugas besar yang biasa dijuluki sebagai Tridharma Perguruan Tinggi ini kerap terbengkelai karena kampus disibukkan urusan administrasi.
Hal ini diungkapkan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Bulukumba Drs. Jumase Basra. Ia menuturkan setidaknya ada empat persoalan administrasi yang kerap dihadapi kampus. Mulai dari input data secara manual yang rawan salah dan duplikat karena kesalahan manusia, banyaknya aplikasi, rumitnya alur administrasi, hingga sulitnya mengolah data.
Baca Juga: One Voice Spensabaya SMPN 1 Surabaya Sabet Juara di Dua Kategori
“Padahal, era digital menuntut perguruan tinggi untuk mampu beradaptasi dengan pesatnya perkembangan teknologi. Kami ingin mendapatkan solusi dari permasalahan ini, sehingga ke depan kampus di seluruh Indonesia jadi perguruan tinggi yang aman datanya, dan bisa berfokus dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi,” kata Jumase, Jum'at (4/11/2022)
Ia pun kemudian berbagi tips untuk memecahkan urusan administrasi kampus. Pertama, integrasikan sistem. Teknologi membuat banyak hal dapat dikerjakan secara sekaligus. Jumase melihat melalui sistem akademik yang terintegrasi, banyaknya urusan administrasi dapat terpecahkan.
Oleh karena itu sebagai tips pertama, Jumase mengajak kampus perlu menggunakan sistem akademik terintegrasi. Satu aplikasi yang ketika datanya diketik ke dalam sistem, dapat digunakan untuk kebutuhan administrasi keuangan, akreditasi, hingga kelulusan mahasiswa. Satu kali klik untuk semua kebutuhan.
“Karena ketika sistem akademik tidak saling terintegrasi, justru akan menghambat pengelolaan perguruan tinggi!” ia mengungkapkan.
Tips kedua, kembangkan aplikasi secara berkelanjutan. Menurut Jumase, kerap kali aplikasi dibuat dengan meriah di awal. Namun selanjutnya tidak dirawat, diperbaiki, dan dikembangkan. Bahkan, tak sedikit kampus yang terjebak pada kondisi ini.
Tips ketiga, miliki blueprint pengembangan. Selain aplikasi yang berkelanjutan, aktivitas di kampus juga perlu berkelanjutan. Misalnya jika ada target pada tahun 2023 nanti apa yang akan dilakukan dicapai, di tahun 2024 pencapaian yang sudah ada perlu dilanjutkan dan lebih baik lagi.
Oleh karena itu, kampus perlu memiliki blueprint pengembangan. Misalnya tentang data, setelah data dikumpulkan lengkap 100%, maka berikutnya data juga harus dipastikan valid. Karena data yang valid akan membuat kampus memperoleh akreditasi yang terbaik.
Baca Juga: Turnamen Catur Jampud 2 Junjung Tinggi Sportivitas dan Persahabatan
"Selama ini berdiskusi dengan banyak kampus di Jawa, luar pulau Jawa, kampus swasta, kampus negeri, hingga kampus keagamaan kesimpulannya ekspektasinya sama yakni bisa terakreditasi A atau unggul. Karena mau tidak mau akreditasi ini jadi sebuah branding yang sangat penting. Ini memerlukan blueprint, pengembangan jangka panjang, agar pelaporan 100%, valid, dan sesuai di lapangan. Jangan sampai ketika asesor (penilai) menilai, baru repot memperbaiki data,” ia memaparkan.
Tips berikutnya, yakni gotong royong dan dukungan pimpinan. Ini perlu, pasalnya seluruh tips tadi tidak akan bisa terlaksana jika pucuk pimpinan kampus belum memberikan dukungan. Karena beragam permasalahan nantinya dapat muncul saat perubahan dilakukan.
"Mulai dari keterbatasan sumber daya manusia, kebiasaan dosen dan mahasiswa yang masih terbiasa melakukan administrasi secara manual, hingga ego sektoral dimana antar bagian kampus belum mau bekerjasama," ia menjelaskan.
Oleh karenanya, kebijakan strategis dari pimpinan serta komitmen dari seluruh civitas akademika sangat diperlukan.
Baca Juga: Lucy Kurmiasari: Demokrat Surabaya All Out Menangkan Khofifah-Emil dan Eri-Armuji
“Sistem akademik bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal habit. Perlu ada pionir penggerak perubahan di kampus. Selain itu, juga perlu komitmen dari semua civitas akademika untuk melakukan perubahan ke arah digital. Mengelola data secara gotong royong sebagai satu kesatuan kampus, untuk mencapai mimpi besar kita bersama dalam Revolutionize Education (memajukan pendidikan),” ia memungkasi. (rest)
Editor : redaksi