Dalam kesempatan ini, Wali Kota Eri Cahyadi menyampaikan, seleksi beasiswa penghafal kitab suci adalah bagian dari pemersatu umat di Surabaya. Bukan hanya sebagai pemersatu umat, seleksi penghafal kitab suci ini juga menunjukkan bahwa Surabaya adalah kota toleransi.
“Saya matur nuwun (terima kasih) kepada seluruh umat Hindu di Kota Surabaya. Kalau anak-anak sudah menghafal kitab sucinya, maka Surabaya akan menjadi kota yang aman dan damai tentunya penuh dengan toleransi,” kata Wali Kota Eri Cahyadi.
Baca Juga: Kolaborasi Pemkot Surabaya dan BPOM Kawal Program Nasional Keamanan Pangan Terpadu
Dengan adanya beasiswa hafalan kitab suci, ia berharap, anak-anak Kota Pahlawan ke depannya bisa menjadi pemimpin yang memiliki akhlak mulia. Bukan hanya akhlak mulia, dia juga berharap, anak-anak Kota Pahlawan bisa menjaga toleransi antar umat beragama, dan keberagaman suku, serta budaya.
Wali kota Surabaya yang akrab disapa Cak Eri Cahyadi itu mengungkapkan, akan menambah kuota beasiswa penghafal kitab suci, khususnya pada agama Hindu. Menurutnya, semakin banyak kuota, maka akan semakin banyak generasi muda yang berakhlak, sesuai ajaran agamanya masing-masing.
“Tentu kegiatan ini akan dimasifkan, dan sudah menjadi agenda rutin. Seperti yang saya dengungkan, bahwa Surabaya adalah kota toleransi, tidak boleh satu dengan lainnya merasa lebih baik,” tuturnya.
Baca Juga: Bahas Pembangunan Berkelanjutan, UPN Veteran Jatim Hadirkan Profesor dari Jepang hingga Malaysia
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan, seleksi beasiswa penghafal kitab suci ini, peserta tidak hanya menghafal ayat. Akan tetapi, para peserta juga diminta untuk memaknai bacaan sesuai dengan cara, dari masing-masing agama.
Tak hanya itu, hafalan kitab suci ini juga bagian dari pembentukan karakter anak-anak. Yusuf menerangkan, dengan adanya kegiatan seperti ini, maka siswa tidak hanya fokus pada aspek akademis.
“Kami dari Dispendik juga ingin membentuk anak-anak dari berbagai aspek. Tidak adanya aspek akademis yang bagus, namun juga dari segi religi dan talentanya juga bagus,” terang Yusuf.
Baca Juga: Jadi Anggota GNLC Pertama di RI, Surabaya Siap Berbagi Praktik Terbaik dalam Konferensi UNESCO
Yusuf menambahkan, dalam seleksi ini para siswa tak dituntut untuk membaca ayat kitab suci dengan sempurna. Menurutnya, jika siswa dituntut untuk membaca dengan sempurna akan kesulitan.
“Minimal anak-anak paham dulu dasar kitabnya, baru kemudian disempurnakan bertahap oleh guru. Maka dari itu, saya berpesan kepada para guru agar memberikan pemahaman soal agamanya, tempat ibadahnya, dan bagaimana cara membaca ayat-ayat yang baik,” pungkasnya. (mar)
Editor : redaksi