Director General TETO Surabaya Isaac Chiu Memberikan Kuliah Umum di UINSA

Swaranews.com - Pada tahun 2023, Taiwan melampaui Malaysia dalam menjadi negara tujuan utama pekerja migran Indonesia. Taiwan merupakan salah satu sumber surplus perdagangan luar negeri Indonesia, sedangkan Indonesia menyediakan 35,7% tenaga kerja migran yang dibutuhkan oleh Taiwan. Taiwan dan Indonesia memiliki hubungan kuat untuk saling melengkapi dan saling menguntungkan. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) secara khusus mengundang Director General TETO Surabaya Isaac Chiu pada tanggal 3 (Jumat) untuk memberikan penjelasan di hadapan lebih dari 80 guru dan siswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mengenai hubungan masyarakat Indonesia dan Taiwan yang dibangun secara erat oleh pekerja migran Indonesia.

Director General Isaac Chiu menjelaskan, Taiwan mulai mendatangkan pekerja migran dari Asia Tenggara pada tahun 1989 untuk melengkapi kekurangan pekerja dalam negeri Taiwan. Sejak tahun 2008, jumlah pekerja migran Indonesia di Taiwan meningkat pesat dari tahun ke tahun, dan kini telah melampaui Vietnam, Filipina dan Thailand, sehingga menjadi sumber pekerja migran utama Taiwan. 75% pekerja migran Indonesia bekerja sebagai caregiver (perawat), 17% bekerja di bidang manufaktur di pabrik. Dalam kedua kategori ini jumlah pekerja migran Indonesia mencakup lebih dari 90% pekerja migran di Taiwan.

Baca Juga: Koleksi Buku Dispusip Surabaya Capai 505.040 Eksemplar, Tahun ini Tambah Lagi Ribuan Buku

Daya tarik apa yang dimiliki Taiwan untuk menarik pekerja migran Indonesia dan menjadikan Taiwan sebagai tujuan utama mereka? Director General Isaac Chiu menganalisa bahwa keunggulan Taiwan ada dalam dua aspek. Yang pertama adalah kejelasan dalam segi hukum. Taiwan menghormati dan secara aktif melindungi hak-hak dasar dan keselamatan pribadi semua pekerja migran seperti Departemen Imigrasi Taiwan memberikan "Hotline 1990 Bantuan Segera" , Kementerian Tenaga Kerja menyediakan "Hotline Konsultasi dan Pengaduan Ketenagakerjaan 1955", kedua hotline ini memiliki personel yang mampu berbahasa Indonesia. Meskipun Taiwan meningkatkan upah minimum dari tahun ke tahun, Taiwan juga secara ketat menerapkan peraturan ketenagakerjaan untuk memastikan bahwa pekerja migran asing menikmati upah minimum yang sama dengan pekerja Taiwan.

Yang kedua adalah adanya lingkungan masyarakat Taiwan yang bersahabat. Taiwan menghormati kebebasan beragama dan berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang ramah Muslim, seperti mempromosikan sertifikasi halal dan membangun mushola. Setiap hari Minggu, Stasiun Taipei, stasiun kereta api terbesar dan terpenting di Taiwan, aula di lantai 1 dengan kapasitas 15.000 meter persegi ini disulap menjadi tempat berkumpulnya para pekerja migran Indonesia yang terbesar. Para pekerja migran Indonesia tidak hanya bisa duduk dan berbaring, namun juga bisa bercengkerama dan makan bersama teman-temannya. Fenomena ini telah terjadi mengubah aula stasiun kereta api menjadi tempat berkumpulnya para pekerja migran. dari hal ini dapat mencerminkan toleransi dan persahabatan masyarakat Taiwan, serta sebagian besar masyarakat Taiwan tidak ingin mengubah hal ini.

Baca Juga: Warga Harapkan Foto Prewedding di Alun-Alun Kota Surabaya Gratis

Menurut data Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Jatim, di antara pekerja migran Indonesia di Taiwan, lebih dari 60.000 orang berasal dari Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur tidak diragukan lagi merupakan salah satu sumber penting pekerja migran Indonesia. Pertumbuhan jumlah permohonan visa pekerja migran yang diterima oleh TETO Surabaya juga sepenuhnya mencerminkan fenomena dan tren geografis ini. Pada bulan Oktober 2023, jumlah visa pekerja migran yang diproses oleh kantor ini telah mencapai 26,522, yang telah meningkat secara signifikan ke puncak pra-pandemi pada tahun 2019. Jumlah visa pekerja migran akan terus meningkat, dan akan menembus rekor baru jumlah permohonan visa.

TETO Surabaya merupakan perwakilan Taiwan di Indonesia Timur. Pelayanan konsuler merupakan salah satu tugas utama TETO Surabaya. Kam juga secara aktif meningkatkan sarana dan prasarana serta berkomitmen untuk menyediakan layanan visa yang lebih nyaman dan sesuai bagi para pekerja migran Indonesia, salah satunya adalah dengan pembangunan kanopi parkir bagian dalam di depan gedung konsuler yang baru saja rampung, dengan tujuan agar pemohon visa migran dapat berlindung dari hujan lebat selama musim hujan di Indonesia. Begitu pula saat musim kemarau di Indonesia, kanopi ini juga dapat melindungi pekerja migran Indonesia dari sengatan terik matahari.

Baca Juga: DP3A-PPKB Surabaya Ungkap Multifaktor Penyebab Terjadinya Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak

Director General Isaac Chiu menekankan bahwa sebagian besar pekerja migran Indonesia bekerja sebagai caregiver (perawat) di mana mereka memiliki tanggung jawab untuk merawat orang tua dan anak-anak. Masyarakat Taiwan secara psikologis menganggap mereka sebagai anggota keluarga mereka sendiri, dan pekerja migran menjadi
gerigi penghubung bilateral yang kuat antara Taiwan dan Indonesia. Hal ini adalah sebuah kisah indah yang penuh harmoni dan persahabatan, dan juga kisah indah mengenai diplomasi publik yang unik.

Editor : amar