Swaranews.com - Keinginan Yayasan Keluarga Oesman Bungkul mendapat dukungan dari Komisi D DPRD Kota Surabaya. Hal terungkap usai rapat dengar pendapat antara ahli waris (keluarga Oesman Bungkul) dengan dinas terkait di ruang raoat Komisi D.
dr. Akmarawita Kadir, Sekretaris Komisi D DPRD Kota Surabaya mengatakan bahwa yang terpenting adalah bagaimana melakukan penataan ulang dan mengembalikan marwah Makam "Mbah Bungkul" demikian masyarakat Jawa Timur menyebut makam tersebut.
Baca Juga: Sambut Kunjungan Dubes Amerika Serikat, Pemkot Kenalkan Wisata Sejarah Surabaya
"Kami sarankan semua pihak segera melakukan koordinasi untuk mengembalikan Makam Mbah Bungkul sebagai cagar budaya. Sedangkan Taman Bungkul dikelola dengan baik dan benar," ujar dr. Akmarawita Kadir, Rabu (6/8/2024) di Jalan Yos Sudarso Surabaya.
Legislator asal Fraksi Partai Golkar DPRD Kota Surabaya ini menyatakan bahwa secara pribadi dirinya telah berkali-kali berkunjung ke Makam Mbah Bungkul. Akmarawita Kadir menyaksikan sendiri semrawutnya di dalam bangunan yang seharusnya terjaga kerapian dan kebersihannya.
“Kita bisa lihat sendiri faktanya, memang masih semrawut di area makam Mbah Bungkul, belum lagi soal kebersihannya yang perlu ditingkatkan lagi jadi benar-benar di tata ulang,” tegas dr. Akmarawita Kadir.
Kabid Kebudayaan Disbudporapar Kota Surabaya, Herry Purwadi menyampaikan, pihaknya sangat senang mendapat informasi dari ahli waris soal kesemrawutan area Makam Mbah Bungkul dan minta di tata ulang.
Baca Juga: Faris Abidin Berharap Bisa Bersinergi Antara Pemerintah Dengan DPRD Kota Surabaya
“Tentu kami akan berkoordinasi dengan beberapa dinas, terkait penaataan Makam Mbah Bungkul dan SWK Taman Bungkul Surabaya. Karena penataan ini bukan ranahnya Disbudporapar tapi ada juga aset di bawah BPKAD Kota Surabaya. Disporapar hanya menetapkan cagar budayanya," ungkap Herry.
Terpisah, ahli waris dari Yayasan Keluarga Oesman Bungkul, Iwan Virgianto meminta agar makam Mbah Bungkul harus dikembalikan ke marwahnya sebagai makam dan bersih dari segala bentuk permukiman.
"Selama ini pengelolaan Makam Mbah Bungkul baik juru kunci maupun hasil amal dari para jamaah yang ziarah ke makam itu dikelola perorangan, bukan yayasan. Untuk itu, Yayasan Keluarga Oesman Bungkul berharap agar hasil pengelolaan Makam Mbah Bungkul masuk ke yayasan bukan perseorangan," paparnya.
Baca Juga: Arif Fathoni: Alhamdulillah Saya Sudah Teriama Surat Rekomendasi Dari DPP
Iwan menegaskan, biar transparan, sebab selama ini pengelolaan dari hasil para jamaah yang ziarah ke makam tidak jelas. Untuk itu pihaknya meminta Pemkot Surabaya menata ulang kawasan Makam Mbah Bungkul
"Termasuk penataan pengelolaan sentra wisata kuliner. Jangan sampai ada monopoli pengelolaannya," tutup Iwan.
Editor : amar