SEKAR LAUT GENJOT PRODUKSI SAMBAL DENGAN VARIAN BARU

avatar swaranews.com

Swaranews.com - PT Sekar Laut Tbk tahun ini akan menggenjot produksi sambal dengan meluncurkan varian baru yaitu sambal ebi guna meraih kenaikan terget penjualan 10 persen dan laba bersih 20persen pada akhir tahun 2021.

Perusahaan dengan core bisnis keruouk udang ini mencatatkan kinerja penjualan pada kuartal I/2021 dengan peningkatan sekitar 2 persen sehingga sampai akhir tahun diperkirakan penjualan akan mengalami peningkatan 10 persen seiring dengan perbaikan daya beli masyarakat.

Direktur Keuangan PT Sekar Laut, Tbk John C Gozal menjelaskan, PT Sekar Laut Tbk berhasil mempertahankan kinerja usahanya dalam tahun 2020, ditengah penurunan ekonomi dunia yang dilanda pandemi covid-19.

Perusahaan melakukan berbagai langkah untuk mempertahankan produksi dan distribusi produknya serta menyesuaikan dengan keadaan pandemi dimana banyak batasan terhadap pergerakan masyarakat dan perubahan pola konsumsi.

Menurutnya, perekonomian Nasional Indonesia turun sebesar 2,07%, masih lebih baik dari perkiraan sebelumnya. Karena itu, perseroan berhasil membukukan nilai Penjualan sebesar Rp 1,25T, dengan meraup laba bersih sebesar Rp 42,5m yang mendekati nilai yang dibukukan tahun sebelumnya.

Kondisi pandemi yang terjadi sejak tahun lalu memang cukup berdampak bagi industri makanan olahan seperti yang diproduksi oleh Sekar Laut, terutama penyerapan produk di pasar Horeka. (Hotel, Restoran, Kafe)

“Namun sepanjang tahun lalu kami masih bisa mempertahankan kinerja sehingga kalau terjadi penurunan, tidak terlalu banyak yakni turun 2 persen dibandingkan 2019,” katanya dalam Paparan Publik virtual, Senin (10/5/2021).

Dia memaparkan, penjualan sepanjang 2020 tercatat mencapai Rp1,25 triliun atau turun 2 persen dibandingkan 2019 yang mampu mencapai Rp1,27 triliun. Sedangkan kinerja laba 2020 tercatat Rp42,5 miliar atau turun dibandingkan 2019 yang mencapai Rp4,4 miliar.

“Penurunan nilai penjualan sedikit, sebetulnya waktu pertengahan tahun saat kejadian Covid-19, Juni sudah mulai sangat terasa dampaknya sehingga perhitungan kami waktu itu pasti turun 10 persen, tapi syukur ternyata omset turun cuma 2 persen, dan laba 5 persen,” tegas John.

John mengaku, kendala paling besar pada tahun lalu adalah daya beli masyarakat yang turun drastis. Namun perseroan tetap menjalankan pemasaran yang konsisten dan berkesinambungan sehingga bisa mempertahankan kinerja.

“Penjualan produk kami ke hotel dan restoran paling drastis turunnya 30 - 50 persen, tapi pasar loka; mengalami kenaikan sedikit sehingga bisa menutupi penurunan dari pasar hotel dan restoran,

Disisi lain, pasar ekspor tahun lalu mampu mencapai Rp226 miliar dari total penjualan Sementara untuk penjualan kuartal I/2021 hampir sama dengan kondisi kuartal I/2020, tetapi ada kenaikan tipis.

Tercatat penjualan perseroan pada kuartal I/2021 mencapai Rp337 miliar naik dibandingkan periode sama tahun lalu Rp330 miliar. Sedangkan laba pada kuartal I/2021 mencapai Rp18 miliar atau naik 2 persen dibandingkan kuartal I/2020 atau teralisasi Rp12 miliar.

“Laba ini membaik karena perseroan melakukan efisiensi biaya. Sedangkan potensi sampai akhr tahun, perseroan juga melihat situasi dan kondisi saja. Kalau pandemi cepat berakhir atau setidaknya berkurang, masyarakat bisa beraktivitas lebih banyak, itu akan membuat produktivitas naik dan tentu harapannya daya beli naik, otomatis penjualan kita akan ikut naik karena penjualan kami tertahan murni karena daya beli,” tutur John.

Tahun ini, manajemen menjalankan strategi usaha dengan tetap fokus pada pangsa pasar yang dimiliki. Mengikuti perubahan pola belanja masyarakat, ketersediaan produk tetap diutamakan sehingga nilai penjualan dapat dipertahankan. Keberhasilan yang dicapai terutama karena penyebaran produk yang baik dan penerimaan masyarakat terhadap kualitas produk perseroan.

2.Kendala yang dihadapi

Kendala terbesar tahun ini adalah penurunan daya beli masyarakat akibat kondisi pandemi. Namun hal ini tidak menghentikan manajemen dalam pemasaran produk secara konsisten dan berkesinambungan. Sehingga kinerja positif dapat dipertahankan.

“Untuk dapat mempertahankan kinerja perseroan, manajemen melakukan berbagai strategi untuk mengikuti perubahan pasar. Banyak hotel dan restoran di kota mengalami penurunan pendapatan secara drastis akibat pembatasan kegiatan masyarakat di masa pandemi. Konsumsi masyarakat beralih ke konsumsi rumah tangga yang meningkat. Dengan tetap mempertahankan pemerataan distribusi produk ke pasar lokal yang mudah di jangkau, termasuk penjualan lewat pasar on line, maka penjualan produk perseroan dapat dipertahankan,” tandasnya.

Sepanjang tahun 2020, perseroan mengalami kenaikan aset lancar sebesar 0,4%. Komponen aset lancar perusahaan paling besar ada pada piutang usaha senilai Rp158 miliar dan persediaan sebesar Rp147 miliar.

Perseroan tidak melakukan banyak investasi pada tahun 2020. Secara keseluruhan, total aset perusahaan turunsebesar 2,15% dari tahun 2020ke tahun 2019. Kewajiban lancar perusahaan turun sebesar 16% di tahun 2020.

“Kontribusi kewajiban lancar paling besar berasal dari pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp127 miliar.Total kewajiban perusahaan turun menjadi Rp367 miliar di tahun 2020 dari Rp410 miliar di tahun 2019. Penurunan total kewajiban sebesar 10,61%. Di tahun 2020, kami berhasil menurunkan tingkat utang secara keseluruhan, sehingga keuangan perusahaan lebih likuid dan teratur.Selama tahun 2020, ekuitas kami meningkat sebesar 7%. Kontribusi peningkatkan ekuitas terbesar diperoleh dari laba perusahaan di tahun 2020. Kenaikan ekuitas ini menunjukkan kemampuan kami untuk mengelola sumber modal menjadi laba bersih, serta pendanaan non-utang yang akan berdampak pada kesehatan struktur modal kami,” ungkap John.

Walaupun kondisi pandemi masih berkepanjangan hingga memasuki tahun 2021, kami yakin pertumbuhan usaha perseroan akan terus berlanjut. Masyarakat akan semakin selektif dalam memilih produk makanan yang higienis dan bermutu.

Perseroan akan terus mempertahankan kualitas produknya yang telah dikenallama sebagai produk dengan standar mutu internasional. Pasar produk makanan akan makin besar seiring dengan pertumbuhan kebutuhan masyarakat. Untuk tahun mendatang, manajemen memproyeksikan pertumbuhan penjualan sebesar 5%. (Shanty)

Editor : redaksi